by EBI dan VNA | 22 Jun 2022
Pinterest, Instagram, Tumblr, Tiktok dan beragam blog lain.
Semuanya memanjakan kita dengan tampilan visual yang berkualitas. Beragam foto,
gambar, dan ilustrasi di dunia maya kini tampak lebih indah dari tahun-tahun
sebelumnya. Begitu juga tentang segala yang tersaji mengenai pernikahan.
“ I Was Blind, But
Now I See”
Seperti yang sudah diprediksi para ahli komunikasi,
perkembangan teknologi membuat segalanya lebih spesifik demi mengakomodir
keunikan umat manusia. Hubungannya dengan pernikahan? Di zaman penghasil
beragam keindahan ini, pernikahan tidak lagi sederhana. Dulu urusan hanya
gedung, catering, dekorasi, dokumentasi, busana pengantin dan seragam panitia.
Tapi kini? Hal-hal yang dipikirkan, diperhitungkan, dan diurus dalam persiapan
bak naik berpuluh-puluh kali lipat jumlahnya. Contohnya saja, budget untuk foto
pre-wedding, dll.
Banyak Tahu, Banyak
Mau
Hal yang dulu dianggap remeh-temeh kini menjadi hal penting,
definisi “pernikahan sempurna” pun meluas dan parameter untuk mencapainya
seringkali sulit diukur dan semakin tidak realistis. Karena, akuilah betapa
kita mabuk oleh keindahan visual yang disajikan dunia maya. Jika mungkin,
rasanya kedua mata kita ingin bisa besinergi dengan otak dan mewujudkan
semuanya ke dunia nyata. Krena terpaan teknologi, dunia pernikahan termasuk
persiapan mewujudkannya, kini telah berubah. Jauh berubah.
Diuji Teknologi
Di era ini, siapa pun, termasuk para calon pengantin diuji. Menyikapi perkembangan teknologi, seseorang harus mengenali dirinya dan pasangan juga hubungan mereka dengan baik, memiliki pendirian, dan teguh memegang prinsip. Sangatlah tidak mungkin jika semua dianggap bagus dan indah lalu mau diaplikasikan dalam dekorasi pernikahan? Bukankah hal yang dipaksakan itu akan berdampak tidak bagus? Yang terpenting adalah bagaimana kualitas personal seseorang nyatanya menentukan konsistensi dan kualitas pesta pernikahannya.
Sebaiknya carilah waktu bersama pasangan untuk menyeleksi
dan memilah mana konsep yang cocok dengan kepribadian masing-masing. Setelah
itu pertimbangkan budget dan kemungkinan realisasinya. Setelah itu diskusikan
dengan vendor dengan menyertakan contoh gambar yang Anda dapatkan dari berbagai
majalah, atau digital. Hal itu bertujuan agar kedua pihak sama-sama mengerti
tentang apa yang dimaksud, serta menghindari interpretasi subjektif.
It’s a way to get on the same page. Semoga dapat
membantu
Foto : smallnotebook