Website Wedding Indonesia | Le Mariage Indonesia

Api bukan hanya elemen dapur di Erre & Urrechu. Sesuai namanya Erre, dalam bahasa Basque berarti api, bara yang membakar dari kayu nangka dan asam Jawa yang menjadi jantung restoran ini. Bukan hanya visual sajian live-fire yang memiliki efek dramatis, tetapi menjadi medium utama yang menyuarakan filosofi memasak Basque yang otentik.

Sejak dibuka pada Juni 2025 di Gran Meliá Jakarta, restoran ini hadir bukan sebagai pelengkap fasilitas hotel, melainkan sebagai destinasi gastronomi yang menyatukan dua dunia: nyala rasa dari Spanyol Utara dan kepekaan lokal khas Indonesia.

Basque Country, wilayah otonom di utara Spanyol memang dikenal sebagai salah satu pusat kuliner paling progresif di Eropa, kaya teknik, namun setia pada tradisi. Maka ketika Erre & Urrechu membuka pintunya di Jakarta sebagai restoran kesembilan dalam jaringan globalnya (dan yang pertama di Asia Tenggara), ia datang dengan sikap: persahabatan dan penghormatan pada bahan dan komunitas tempat berpijak.

 Daging sapi yang dipanggang dengan kayu nangka

Salah satu sajian yang menjadi sorotan adalah saat steak datang, yang sebelumnya dipanggang di atas kayu nangka, sebuah teknik khas Basque. Namun diberi pendamping yang tak terduga: sambala, saus sambal khas Indonesia yang eksklusif dan hanya tersedia di Erre & Urrechu Jakarta.

Dagingnya sendiri memiliki sensasi smoky yang subtil, dengan aroma daun thyme lokal yang menyelinap di sela umami. Disajikan dengan garam, lada, dan sambala sebagai on-side, bagi mereka yang terbiasa dengan Tabasco, sambala menawarkan kejutan: tangy, spicy, tapi tetap nyaman di lidah. 

 Iñigo Urrechu, Mireia Pucheas (Resto Manager), dan Head Chef Alejandro Garcia Martin.

"Kami berharap Erre & Urrechu juga bisa menjadi steakhouse yang berbeda dari restoran internasional lainnya. Kami membawa seluruh sejarah dan budaya gastronomi Spanyol, memadukannya dengan teknik baru dan cita rasa lokal. Semoga bisa diterima," ujar Chef ternama Iñigo Urrechu saat jamuan dalam press launching didampingi Head Chef Alejandro Garcia Martin.

Sebelum menuju sajian utama, kami diajak menikmati deretan salad khas yang tak bisa diabaikan. Di antaranya Ensalada de Aguacate Parrilla, alpukat panggang dengan keju Manchego parut dan tomat cherry confit. Kemudian Ensalada de Tomates Ahumados y Encurtidos, perpaduan tomat asap dan acar, serta Ensaladilla de Atún con Marisco, salad tuna dan seafood dengan krim kentang yang silky dan ringan.

 Ensalada de Aguacate Parrilla

"Salad kentang ini sangat tradisional di Andalusia, Spanyol. Lalu untuk alpukat, kami tidak mengubahnya menjadi purée. Justru kami biarkan tetap utuh agar saat dipanggang, lemak baiknya keluar dan teksturnya tetap chunky dan lebih smoky," jelas Head Chef Alejandro Garcia Martin.

Semua itu bisa dinikmati dengan potongan sourdough yang disajikan bersama olive oil yang aromatik. Kombinasi yang mengajak kita menyentuh kembali esensi makan yang sederhana namun penuh rasa.

Nuansa khas mediterania rancangan firma arsitektur CMV Architects 

Saat itu, kami duduk di bawah pohon zaitun yang menjadi centrepiece ruangan, memayungi empat area sofa makan di tengah tata ruang berjiwa mediterania. Interior restoran ini dirancang oleh CMV Architects, firma arsitektur asal Spanyol di balik Paradisus Bali dan Gran Meliá Jakarta. Dominasi kaca menciptakan ruang dengan pencahayaan alami yang lembut, menghadirkan keintiman antara tamu, api, dan makanan.

"Dengan konstruksi baru, cahaya alami bisa masuk lebih maksimal. Suasananya menjadi terang dan hangat menciptakan good food, good vibe, dan good people. Inilah esensi gaya hidup Spanyol," ujar Mirco Iada, General Manager Gran Meliá Jakarta.