by NN | 22 Sep 2025
Tradisi mengoleksi seni bukanlah hal baru di Indonesia. Ia telah menjadi bagian dari fondasi kebudayaan sejak era Presiden Soekarno. Di istana maupun ruang pribadinya, lukisan hadir bukan semata dekorasi, tetapi sebagai representasi pemikiran, identitas, dan arah masa depan bangsa.
Jejak sejarah itu terus hidup hingga hari ini, menjelma menjadi ekosistem seni rupa yang dinamis dan regeneratif. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi penting, bukan hanya karena jumlah seniman aktif yang melimpah, tetapi juga karena kedalaman pasar dan kekuatan jaringan kolektornya yang lintas generasi.
Salah satu perwujudan nyata dari dinamika ini adalah Art Jakarta, sebuah art fair yang dalam beberapa tahun terakhir berkembang menjadi ruang temu strategis bagi seniman, kolektor, pelaku industri kreatif, dan publik luas. Bagi para kurator dan pegiat seni, Art Jakarta adalah platform yang menyatukan integritas artistik dan semangat kolaboratif lintas disiplin.
Tahun ini, Art Jakarta 2025 akan digelar di JIExpo Kemayoran, untuk ketiga kalinya, pada 3-5 Oktober 2025, dengan partisipasi 75 galeri dari 16 negara. Tiket tersedia mulai 9 September melalui artjakarta.com. Dengan memanfaatkan tiga hall besar dan area luar ruangan, presentasi tahun ini dirancang tampil secara monumental--secara visual, ide, dan pencapaian artistik.

Salah satu karya yang mencuri perhatian adalah instalasi setinggi lima meter karya Aditya Novali (ROH) yang dipresentasikan dalam segmen SPOT. "Ini adalah karya yang monumental," ujar Enin Supriyanto, Artistic Director Art Jakarta, dalam media gathering yang digelar di Artotel Mangkuluhur Jakarta, belum lama ini.
Karya ini menjadi satu dari ribuan yang akan menyambut pengunjung Art Jakarta 2025, yang tahun ini menjanjikan pengalaman berbeda dan tak terduga. Beberapa instalasi juga hadir dalam format performatif, seperti karya dari Ardi Gunawan (ISA Art Gallery) yang menyatu dengan live performance di waktu tertentu. Lalu, Ipeh Nur (ara contemporary), pemenang Future Generation Art Prize, juga akan menampilkan karya yang untuk pertama kalinya hadir di hadapan publik Indonesia. Endry Pragusta (Rachel Gallery) membawa patung "Kelana Series", dan Adi Gunawan (SANKHARA Art) juga akan tampil dengan eksplorasi figuratif khasnya.
Art Jakarta 2025 juga menandai keikutsertaan Ester Schipper, galeri asal Berlin dengan jaringan hingga Paris, New York, dan Seoul. Bersama Kaikai Kiki, lembaga seni milik Takashi Murakami, dan nama-nama seperti Tina Keng Gallery dari Taipei, kehadiran mereka menegaskan posisi Art Jakarta 2025 menegaskan posisinya sebagai pekan seni rupa yang semakin diperhitungkan secara internasional.
Bahasa seni menjangkau lintas sektor dengan cara unik. Hal ini tercermin dari kolaborasi Art Jakarta bersama para lead partner yang tak hanya mendukung, tetapi turut menyampaikan pesan mereka lewat karya seni. Di Julius Baer VIP Lounge, seniman Indonesia Eddie Hara, yang menetap di Basel, Swiss mempersembahkan karya baru berjudul CALL 911. DESTROY BAD ART, lukisan dengan bahasa visual berani, jenaka, dan tanpa kompromi.
Sementara itu, Bibit menampilkan karya monumental Agus Suwage berjudul Potret Diri dan Panggung Sandiwara dalam format interaktif. Mengangkat Tema "Potrait of Possibilities", karya ini merefleksikan perjalanan investasi sebagai proses personal, bukan sekadar tujuan finansial.

"Kami memamerkan kembali karya kolosal dengan narasi serupa tapi tak sama 'Potrait of Possibilities', bersama Art Jakarta, karya ini dipilih dengan tema yang relevan dengan pesan hari ini. Dan mengajak publik untuk melihat investasi sebagai perjalanan yang terus berkembang," ujar William, Head of PR & Corporate Communication Bibit.
Dari Treasury, instalasi "Reserve of Care" yang digarap Azizi Almajid dan Nur Fatimah, pemenang Treasury Art Prize tahun kedua, menjawab pertanyaan mendasar: apa yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya? "Karya ini hadir dari pertanyaan sederhana tapi menggugah. Nilai-nilai keluarga yang diwariskan sejak dari meja makan, kami terjemahkan jadi pengalaman visual yang tak statis, tapi imersif, dan dinamis," jelas Anang Samsudin, Head of Partnership Treasury.
BCA, lewat booth myBCA, bekerja sama dengan seniman Muklay dan Palette Studio menampilkan karya yang merayakan optimisme dan kebangsaan dengan warna-warna cerah yang khas. "Kami ingin menghadirkan semangat BCA yang senantiasa di sisi nasabah sekaligus mendukung pelestarian seni dan budaya Indonesia. Serta berkomitmen dalam kemudahan akses termasuk penawaran cicilan khusus untuk pembelian karya seni," kata Dody Santosa Iswan, Executive Vice President of Individual Consumer Banking Business Development BCA.
Di sisi lain, dukungan dari Main Partners pun memberi warna dan pengalaman pengunjung. SUPERMUSIC menghadirkan eksibisi yang menjadi portal menuju komunitas musik. iForte Energy menggandeng Ricky Janitra untuk instalasi Lumiphona.Dat. Sementara TACO berkolaborasi dengan Jessica Soekidi yang mengeksplorasi material unggulan mereka dalam karya eksperimental. Artotel Group pun kembali terlibat sebagai mitra utama.
"Seni selalu menjadi DNA ARTOTEL. Kami percaya seni adalah bahasa universal yang menyatukan berbagai lapisan masyarakat, dan menjadi komitmen kami untuk terus menghadirkan ruang apresiasi seni," ujar Yasmin Fidianti Director of Sales Marketing Mangkuluhur ARTOTEL Suites dalam kesempatan yang sama.
Selain SPOT, pengunjung juga dapat menikmati segmen SCENE yang menjadi platform bagi kelompok dan kolektif seniman dari berbagai kota. Tahun ini, 31 peserta dari berbagai kota di Indonesia akan memperlihatkan praktis seni yang hidup dan beragam.
Di segmen AJX, terdapat tiga program utama, termasuk Korea Focus, hasil kerja sama dengan Korean Ministry of Culture, Sports and Tourism serta Korea Arts Management Service, menghadirkan 12 galeri dari Korea Selatan. Kolaborasi strategis juga datang dari MTN (Manajemen Talenta Nasional) Seni Rupa dengan tema "Arus Baru", dikurasi oleh Agung Hujatnika untuk menyoroti bakat dan kreativitas muda Indonesia. Dari Bali, Natta-Cita Art Space (NCAS) menghadirkan praktik seni rupa kontempor khas Pulau Dewata ke ruang nasional. Sementara itu, Art Jakarta Papers 2026, pekan seni yang khusus untuk mengeksplorasi medium kertas, akan diperkenalkan sebagai segmen baru pada Februari tahun depan.