by NN | 30 Jul 2025
YUKI tidak hanya membawa izakaya ke Bali—ia menerjemahkannya. Pendefinisian kembali ini bukan soal mencaplok bentuk dan budaya asing; melainkan menyaringnya dengan kepekaan tropis dan rasa kebersamaan khas Bali. Mungkin justru karena pendekatan ini, YUKI bukan hanya tumbuh, tapi bertahan dan terus menjadi sorotan—dari debutnya di Canggu pada 2021 hingga ekspansinya ke Uluwatu dua tahun kemudian.
Agung Rai Sutama dan Dewa Wahyu Bintara, Founder YUKI Canggu dan YUKI Uluwatu
Didirikan oleh Agung Rai Sutama dan Dewa Wahyu Bintara, restoran berkonsep izakaya modern ini memadukan teknik serta pengalaman global dengan konteks lokal yang sangat personal. Rai Sutama, dengan latar belakang bertahun-tahun di Melbourne yang dinamis, kembali ke kampung halaman bukan hanya berbekal keterampilan, tapi juga niat yang lebih dalam.
Pengalamannya memimpin Old Man’s Canggu—salah satu ikon di Canggu—menjadi titik balik. Dari situ lahir hasrat
Untuk menciptakan ruang yang merefleksikan dirinya, bukan sekadar tempat makan, tetapi tempat yang terasa seperti pulang. Kemahirannya memanggang makanan dengan bahan kayu bakar, dipadukan dengan atmosfer komunal yang hangat dan keramahan khas Bali, membuat YUKI cepat dikenal dan disukai.
Ragam sushi kreasi YUKI
“Setelah bertahun-tahun di restoran yang penuh energi di Melbourne, saya mendambakan sesuatu yang lebih mengakar, lebih manusiawi. YUKI lahir dari kerinduan itu— menciptakan tempat yang akrab, penuh perasaan, dan terhubung dengan semangat kebersamaan yang kami junjung tinggi dalam budaya Bali,” ujar Rei.
Ruang Terbuka Wabi-Sabi
Baik di Canggu maupun Uluwatu, YUKI hadir dengan struktur terbuka yang menyerupai bale—bangunan tradisional Bali tanpa dinding yang mengutamakan sirkulasi, kehangatan, dan kebersamaan. Arsitekturnya mengadopsi wabi-sabi: keindahan yang tenang, tidak sempurna, dan jujur pada tempat dan waktu. Dirancang oleh tim Pulau Projects dan dilengkapi furnitur dari Kōsame, ruang ini menciptakan pengalaman yang terasa ringan tapi bermakna.
Seperti halnya interior, menu di YUKI pun terasa santai tapi tidak sembarangan. Sushi plant-based mengganti ikan dengan semangka asap atau tomat yang dimarinasi, Wagyu Sando jadi pesanan wajib, dan cumi bakar dengan dressing yuzu menjadi ritual musim panas khas Bali. Semua dihidangkan dalam pendekatan izakaya, hidangan untuk dibagi, dinikmati bersama, sambil membiarkan dan membiarkan waktu berjalan lebih lambat.
Untuk melengkapi pengalaman bersantap, tersedia koktail khas yang dikurasi secara cermat oleh tim mixologist. Sementara bagi para pecinta anggur, YUKI menghadirkan pilihan anggur wine dari berbagai varietas—Pét-Nat, Champagne, White, Orange, Rosé, dan Red—yang dipilih untuk beresonansi dengan semangat musiman dan eksploratif dari menu.